THAIF-MAKKAH: Masjid Abdullah bin Abbas

Map by google.com

KOTA THAIF berada di selatan Kota Makkah, berjarak sekitar 80 Km. Merupakan daerah paling subur di Jazirah Arab, Saudi Arabia. Karenanya, sedari dulu Thaif menjadi tujuan berkunjung orang-orang Arab, termasuk para pembesar dan orang-orang kaya Makkah dan sekitarnya, untuk menikmati kondisi alamnya yang sejuk.

Pada awal periode syiar Islam Rasulullah Muhammad SAW di Makkah, terlebih dulu beliau (ditemani Zaid bin Haritsah, anak angkat beliau) berdakwah ke Thaif, sebelum ke Madinah. Selain merupakan wilayah  terdekat Makkah, seperti halnya penduduk Makkah, kala itu penduduk Thaif juga menyembah berhala. Namun, di Thaif pula Rasulullah mengalami penganiayaan yang berat hingga kemudian Allah menolong dan menyelamatkannya ke sebuah tempat yang aman.

Kelak di kemudian hari, pada tahun 8 Hijriyah (630 Masehi), dengan ditemani oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Nabi Muhammad kembali datang ke Thaif mengajak Bani Tsaqif untuk memeluk Islam, setelah perang Hunain. Dalam Perang Hunain yang dimenangkan oleh Kaum Muslimin itu, 12 sahabat Nabi gugur menjadi Sahid, sementara di pihak lawan (Bani Hawazin dan Tsaqif) gugur 70 orang dan 6.000 orang ditawan.

Salah satu sisi Masjid Abdullah bin Abbas di Thaif
(Photograph by google.com)

Jadi memang, Kota Thaif tak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan Islam. Makanya, di Thaib ada beberapa tempat bersejarah yang bisa dikunjungi oleh jamaah Haji ataupun Umrah. Di antaranya adalah Masjid Addas (nama budak yang kali pertama masuk Islam saat masa pertama Rasulullah berdakwah di Thaif), Masjid Kuatau Kuun (tempat Rasulullah dilempari batu oleh penduduk Thaif), serta Masjid Abdullah bin Abbas (tempat yang pernah digunakan Rasulullah untuk shalat Dhuhur dan Ashar ketika itu, dan makam Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib).

Alhamdulillah, pada akhir Desember 2019 lalu, saat kami berada di Makkah, kami (saya, isteri dan anak) bersama rombongan Umrah sekitar 40-an orang jamaah, dengan dipimpin oleh Ustadz Syarif Hidayatullah dan dipandu Muthawif Ustadz Hendri Gultom, berkesempatan mengunjungi Thaif. Sebuah kota di Provinsi Makkah yang berhawa sejuk berketinggian 1.700 meter yang berada di lereng Pegunungan Sarawat.

Salah satunya kami berkunjung ke Masjid Abdullah bin Abbas, dan shalat jamak Dhuhur-Ashar di situ. Masjid ini dibangun tahun 592 Hijriah, untuk mengenang dan menghormati Abdullah bin Abbas. Terus dilakukan renovasi dan perluasan hingga kini bisa menampung 3.000-an jamaah. Di area belakang masjid, terdapat makam Abdullah bin Abbas, tertutup tembok sehingga sekilas tidak terlihat oleh pengunjung/jamaah masjid.

Ketika kami berada di pintu gerbang Masjid Abdullah bin Abbas.

Semasa hidup Rasulullah, di antara sahabat Rasulullah terdapat beberapa sahabat kecil. Salah satunya adalah Abdullah bin Abbas atau dikenal dengan nama Ibnu Abbas, anak dari Abbas bin Abdul Muthalib, paman termuda dari Rasulullah. Ia adalah seorang sahabat sekaligus keponakan Rasulullah. Ia lahir tahun 619 M. Ia hidup bersama Rasulullah dan belajar langsung dari beliau. Rasulullah pernah memeluk Ibnu Abbas ke dekapan dada beliau seraya berdoa, "Ya Allah, ajarilah ia al-hikmah." Rasulullah pun pernah mengusap kepalanya dan berdoa, ''Ya Allah, anugerahilah pemahaman agama kepadanya.''

Ketika Ibnu Abbas berusia 13 tahun, Rasulullah wafat (12 Rabiul Awwal 11 H atau 8 Juni 632). Ia merasa sangat kehilangan. Ia lalu memantapkan hati untuk nyantri kepada para sahabat Rasulullah. Sesuai doa Rasulullah, kelak Ibnu Abbas mendapatkan banyak ilmu. Ketekunannya belajar membuatnya menjadi seorang ulama mumpuni. Ia dijuluki sebagai tinta-nya umat, dalam menyiarkan tafsir dan fikih.

Khalifah Umar selalu mengundang Ibnu Abbas dalam majelis syura-nya dengan beberapa sahabat senior. Di masa Khalifah Utsman, ia bergabung dengan pasukan Muslimin yang berekspedisi ke Afrika Utara. Ia terlibat dalam pertempuran dan dakwah Islam di sana. Di masa Khalifah Ali, ia banyak berdakwah kepada kaum Khawarij. Ia sempat diangkat menjadi penguasa di Bashrah (sebuah kota di Irak). Namun, setelah Ali meninggal, ia pulang ke Hijaz (sebuah wilayah di sebelah barat Saudi Arabia, yang terkenal dengan kota Makkah, Madinah dan Jeddah), bermukim di Makkah, sebelum akhirnya menetap dan berdakwah di Thaif hingga meninggal dunia. Dimakamkan di kawasan yang di kemudian hari dibangun masjid besar bernama Masjid Abdullah bin Abbas. Dinamakan Masjid Abdullah bin Abbas karena lokasinya berada di samping makam Ibnu Abbas.

Ibnu Abbas berpengetahuan luas. Banyak hadits sahih yang diriwayatkannya. Semasa hidupnya, ia pernah berpesan jika kelak meninggal dunia agar dimakamkan di Thaif, bukan di Madinah atau Makkah. Bagi Ibnu Abbas, Madinah dan Makkah adalah Kota Suci yang hanya layak untuk orang-orang yang benar-benar bersih. Ibnu Abbas yang turut berdakwah dan berjuang bersama Rasulullah merasa tidak patut dimakamkan di Makkah ataupun Madinah. Karena itu, di masa senjanya, Ibnu Abbas memilih tinggal di Thaif sampai meninggal tahun 78 H kala berusia 81 tahun.

Selain dikenal dalam jalur periwayatan hadits, Ibnu Abbas juga dikenal dengan banyak julukan. Antara lain Hibrul Ummah (pemimpin umat), Faqihul Ashr (orang yang paling pandai memahami agama di masanya), Imam Tafsir (ahli tafsir), dan al-Bahr (lautan karena luasnya ilmu). *** (by YW)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERUI – PAPUA: Masjid Agung Darussalam

MALUKU: Masjid Al-Fatah AMBON

THAIF-MAKKAH: Masjid Kuk, Jejak Mukjizat Rasulullah