Jawa Timur: Masjid Namira Lamongan

Masjid Namira, tampak depan dan atas.

Masjid Namira telah menjadi ikonik dengan nuansa Timur Tengah. Makkah dan Madinah, dua Kota Suci di Arab Saudi, yang melatarbelakangi pembangunan masjid Namira di Lamongan itu.

Ya, namanya Masjid Namira. Kini, menjelang usianya yang kesepuluh tahun,  telah menjadi salah satu landmark bagi “Kota Soto” Lamongan, Jawa Timur. Berada di Jalan Raya Mantup, tepatnya di Desa Jotosanur, Kecamatan Tikung, selatan Kota Lamongan. Alhamdulillah, beberapa waktu lalu, Tim Redaksi Sahabat-QU berkesempatan untuk bertetirah ke Masjid Namira ini.

Pada dinding mihrab Imam dipasang kiswah.

Sepintas, bangunan Masjid Namira tidak terlalu berbeda dengan masjid-masjid besar yang ada di Indonesia. Namun, ada sedikit keunikan dalam tatanan ruang interior masjid. Di antaranya, di tempat Imam, di situ ada kiswah Ka’bah. Eks kain penutup Ka’bah asli itu didatangkan langsung dari Masjidil Haram yang ada di Kota Makkah. Kiswah itu dipasang di dinding mihrab Imam, dan dilindungi oleh kaca tebal. Juga ada potongan-potongan kiswah berukuran kecil, dibingkai rapih, dan dipajang pada dinding Masjid, pada kiri dan kanan mihrab.

Sementara itu, tidak jauh dari jalan menuju tempat wudhu, terdapat kulkas berisi penuh air minum dalam kemasan gelas. Bagi yang tidak suka dingin, juga tersedia air kemasan gelas di kardus yang ada di sebelahnya. Pengunjung boleh mengambil air itu, gratis. Pun ada layanan minuman kopi dan teh sepanjang 24 jam. Area di antara bangunan utama masjid dengan tempat wudhu, terdapat kolam ikan yang menambah keasrian pandangan kita. Musafir boleh rehat dan tiduran di teras Masjid.

Masjid Namira yang selalu ramai jamaah.

Setiap hari, Masjid Namira ramai pengunjung. Terlebih pada akhir pekan, Sabtu-Ahad, pengunjung bisa mencapai 2.000-an orang tiap harinya. Selain itu, Takmir Masjid juga banyak menerima kunjungan tamu dari luar Lamongan yang ingin melakukan studi banding, baik terkait bangunan, program-kegiatan maupun pengelolaannya. Pada area Masjid juga bisa digunakan untuk kegiatan selain shalat, misalnya resepsi pernikahan atau untuk aneka kegiatan yang positif-edukatif.

Masjid Namira dibangun pada Juni 2013, di atas lahan 0,9 hektar, dengan luas bangunan 1.100 meter persegi. Menampung sekitar 500 jemaah. Dan, sejak Oktober 2016, Masjid Namira memiliki bangunan baru di atas lahan 2,7 hektar, dengan luas bangunan 2.750 meter persegi. Bisa menampung 2.500 orang jamaah.

Antara bangunan utama Masjid dengan tempat wudhu, ada kolam ikan.

Masjid Namira memiliki beberapa fasilitas yang mirip dengan Masjid Namirah yang ada di Arab Saudi. Dan, nama Masjid Namira ini memang terinspirasi dari sebuah masjid di Arab Saudi yang terletak di antara Al-Haram dengan Arafah, tepatnya di Jabal Rahmah. Namanya Masjid Namirah. Nama itu diambil karena banyak warga masyarakat di mana pendiri Masjid Namira Lamongan tinggal, sangat ingin pergi Haji namun belum bisa tertunaikan. Makanya, dengan berkunjung dan shalat di Masjid Namira, suasana batin bisa seperti berada di Arab Saudi. Terlebih, Imam Masjid Namira adalah penghafal Al-Qur’an yang memiliki gaya bacaan seperti hafidz di Arab Saudi.

Dengan bangunan yang besar, biaya operasional Masjid per-bulan sekitar Rp 200 juta. Sumber pembiayaan, antara lain dari dana infaq-sedekah yang didapat dari para pengunjung dan jamaah, sekitar Rp 150 juta per-bulan. Biaya sebesar itu digunakan untuk berbagai kebutuhan. Misalnya, tagihan rekening listrik, air bersih, kebersihan, perawatan, dan gaji 20-an orang pekerja. (YW)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERUI – PAPUA: Masjid Agung Darussalam

MALUKU: Masjid Al-Fatah AMBON

THAIF-MAKKAH: Masjid Kuk, Jejak Mukjizat Rasulullah