Jawa Tengah: Masjid Agung Demak




UNTUK KESEKIAN KALINYA kami bertetirah ke Masjid Agung Demak yang berada di bagian utara alun-alun kota Demak. Kali ini kami sengaja singgah ke "Masjid Walisongo" itu pada akhir Juli 2020. Pada pagi sekitar pukul 07.00 WIB itu suasana teras depan masjid masih agak sepi pengunjung, ada sekitar 30-an orang. Kami pun bisa menyempatkan diri untuk menunaikan Shalat Dhuha dengan lebih khusyu'.

Masjid Agung Demak adalah sebuah masjid yang terletak di desa Kauman, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah. Masjid yang berlokasi di pusat kota Demak itu merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan Glagahwangi Bintoro.

Menurut cerita, Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan masjid itu hanya dalam semalam. Di bagian mihrab terdapat prasasti bergambar bulus. Gambar bulus tersebut diartikan sebagai petunjuk waktu dibangunnya masjid. Bulus terdiri dari kepala yang berarti angka 1, empat kaki berarti angka 4, badan bulus berarti angka 0, dan ekor bulus berarti angka 1. Bisa disimpulkan Masjid Agung Demak berdiri pada 1401 Saka atau 1479 Masehi.

Betul, menurut perkiraan sejumlah ahli sejarah, masjid ini dibangun oleh Raden Patah, yang merupakan raja pertama dari Kesultanan Demak, sekitar abad ke-15 atau sekitar tahun 1479. Sebagai sebuah masjid yang bersejarah, Masjid Agung Demak tidak bisa dilepaskan dari perkembangan peradaban Islam di Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Karena konon para Walisongo berkumpul untuk berdikusi mengenai penyebaran Islam di Pulau Jawa. Empat dari sembilan Wali terlibat langsung sebagai pemimpin dalam membuat soko guru (tiang penyangga) utama masjid. Keempat Wali tersebut adalah Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Ampel, dan Sunan Gunung Jati.

Struktur bangunan masjid mempunyai nilai historis dan dihiasi arsitektur tradisional khas Jawa. Atap masjid berupa tiga susun limas piramida menunjukkan akidah Islamiyah, yakni iman, Islam, dan ihsan. Arsitektur masjid juga memadukan tiga budaya, yakni Hindu, Islam, dan China.

Bagian Masjid Agung Demak yang fenomenal lainnya ialah empat tiang utama penyangga yang terbuat dari soko tatal. Masing-masing tiang memiliki tinggi 17 meter. Formasi tata letak empat soko guru dipancang pada empat penjuru mata angin. Tiang di barat laut didirikan Sunan Bonang, di barat daya karya Sunan Gunung Jati, di bagian tenggara buatan Sunan Ampel, dan yang berdiri di timur laut karya Sunan Kalijaga.

Masyarakat menamakan tiang buatan Sunan Kalijaga ini sebagai soko tatal. Disebut tatal karena tingginya tiang utama belum mencapai ukuran yang sesuai sehingga disambung dengan sejumlah patahan kayu. Kendati disambung dan hanya diikat, namun hingga kini tiang tersebut masih berdiri kokoh.

Di bagian atas mihrab juga terdapat gambar hiasan segi delapan yang disebut sebagai Surya Majapahit. Lambang Kerajaan Majapahit tersebut memperkuat pendapat ahli purbakala bahwa Masjid Agung Demak dibuat pada masa Kerajaan Majapahit atau 1479 Masehi.

Artefak bangunan yang berukir peninggalan masa lampau di deretan saf pertama itu disebut maksurah. Ruangan tersebut pada awalnya digunakan para raja untuk berdoa dan merenung. Pada saat sekarang, maksurah dipergunakan imam masjid sembari menunggu para jamaah salat.

Di samping maksurah, terdapat dampar kencana. Benda cagar budaya itu merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit abad XV sebagai hadiah dari ayahanda Prabu Brawijaya V, Raden Kertabumi untuk Raden Patah. Hingga saat ini dampar kencana masih terawat dengan baik dan dipergunakan saat khatib menyampaikan ceramah.

Bagian pintu masuk masjid ini disebut sebagai lawang bledeg. Pintu yang konon diyakini mampu menangkal petir itu merupakan ciptaan Ki Ageng Selo. Sementara tiang yang berjumlah delapan di serambi masjid juga masuk dalam benda cagar budaya. Tiang-tiang tersebut merupakan pemberian Raja Majapahit Prabu Brawijaya V. Sejumlah keramik asal China hingga kini juga masih terpasang menghiasi dinding masjid.

Masjid yang sarat dengan nilai sejarah dan makna filosofis itu selalu dikunjungi warga dari berbagai daerah di Indonesia, terlebih pada bulan puasa Ramadhan. ***

Sumber info: okezone.com dan beberapa sumber lainnya.
Sumber foto: pusakaindonesia.org

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERUI – PAPUA: Masjid Agung Darussalam

MALUKU: Masjid Al-Fatah AMBON

THAIF-MAKKAH: Masjid Kuk, Jejak Mukjizat Rasulullah