SIDOARJO: Masjid Al-Abror, Masjid Tertua di Sidoarjo
ALHAMDULILLAH, siang itu untuk kesekian kalinya langkah kaki saya sampai di Masjid Jami’ Al-Abror, Sidoarjo, Jawa Timur. Lokasinya
berada di pusat kota Sidoarjo, persisnya di Kampung Kauman, Jalan Gajahmada, atau berada di tengah-tengah pasar tradisional di belakang pertokoan modern
Matahari Gajahmada. Sungguh saya bersyukur karena bisa menunaikan shalat Jum'at di masjid yang memiliki nilai historis tinggi ini.
Masjid Al-Abror berdiri tahun 1678 Masehi. Beberapa sumber menyebut
bahwa masjid ini merupakan titik awal bagi mulai masuknya penyebaran agama
Islam di “Kota Udang” Sidoarjo. Pembangunan masjid ini tak lepas dari peran
besar empat orang yang kini makamnya ada di bagian depan masjid. Di antaranya
adalah sosok seorang berasal dari Demak (Jawa Tengah) bernama Mbah Mulyadi (salah
seorang anggota tentara Trunojoyo) yang datang ke kampung Kauman.
Saat berada di situ, Mbah Mulyadi menemukan pondasi masjid (subhanallah, entah siapa yang terlebih
dulu membangunnya). Selanjutnya, dia bersama tiga orang lainnya yang sudah ada
di kampung Kauman, yakni Mbah Badriyah, Mbah Sayid Salim, dan Mbah Musa, bergandeng
tangan untuk bersama-sama membangun Masjid Al-Abror ini.
Kisah pendirian Masjid Al-Abror erat kaitannya dengan sejarah
berdirinya Kabupaten Sidoarjo yang awalnya masih bernama Kadipaten Sidokare. Masjid yang terletak di timur Sungai Jetis ini mengalami
pemugaran awal di tahun 1859 yang dilakukan oleh Bupati Sidokare yang pertama, Raden
Notopuro alias R.T.P. Tjokro Negoro). Karena beberapa kali mengalami renovasi
kini bagian masjid yang masih utuh hanya tinggal gerbang utara yang bentuknya
terus dijaga dan tidak ada pemugaran.
Bangunan Masjid Al-Abror menempati lahan seluas 700 meter
persegi, dengan konsep kultur Jawa yang kental, yang dilukiskan pada tekstur
tiga atapnya, yang menggambarkan iman, ikhsan dan Islam. Sementara di bagian
barat masjid terdapat makam para pendiri masjid yang sering disinggahi
peziarah. Salah satu tradisi di Masjid Al-Abror yang tidak pernah hilang hingga
sekarang adalah mengaji kitab yang rutin dilakukan setiap hari. Pengajian kitab
kuning ini dilakukan setiap hari sebelum Maghrib.
Yang menarik di halaman Masjid Al-Abror ini ada sebuah pohon
kurma besar. Hanya saja, sejak ditanam hingga sekarang keberadaan pohon kurma
ini belum pernah berbuah.
Kini (2017) usia Masjid Al-Abror sudah mencapai 339 tahun. Sebuah
masjid yang menjadi tetenger (jejak) masa-masa
awal Pemerintahan Kabupaten Sidoarjo. Alun-alunnya waktu itu adalah Pasar Lama
(yang saat ini menjadi kompleks Matahari Store), bukan di kawasan Masjid Agung
yang ada sekarang ini. Masjid Al-Abror kini semakin popular. Masjid Al-Abror
kerap menjadi salah satu titik destinasi wisata religi di “Kota Delta” Sidoarjo.
Selain Masjid Al-Abror, Sidoarjo memang memiliki Masjid Agung yang
merupakan masjid terbesar di Kabupaten Sidoarjo. Terletak Jalan Sultan Agung,
di seberang pintu masuk bagian barat Alun-alun Sidoarjo, di samping gedung
pemerintahan daerah dan kantor polisi. Masjid Agung Sidoarjo memiliki tiga
lantai dan beberapa pilar besar dengan lantai marmer. Masjid Agung Sidoarjo mulai
dibangun pada hari Jumat tanggal 26 Suro 1313 Hijriyah atau 19 Juli 1895 Masehi.
Pendirian Masjid Agung Sidoarjo berawal dari inisiatif Bupati Sidoaarjo R.
Adipati Pandji Tjondronegoro (1882-1905).
Yang ini Masjid Agung Sidoarjo
Jarak antara Masjid Al-Abror dengan Masjid Agung Sidoarjo
sekitar dua kilometer. Tidak beda dengan Masjid Al-Abror, lokasi Masjid Agung
Sidoarjo pun mudah dicapai karena memang letaknya yang berada di jantung kota
Sidoarjo. (YW) ***
Komentar
Posting Komentar