THAIF-MAKKAH: Masjid Addas, Lembar Penting Perjuangan Syiar Rasulullah

Salah satu sudut Kota Thaif kini (foto: google.com)

AMALAN UMRAH yang kami tunaikan bersama keluarga di akhir Desember 2019 lalu, sungguh memberikan banyak pembelajaran. Bersama 40-an orang jamaah (rombongan Umrah), kami belajar tentang kebersamaan dan persaudaraan sesama Muslim. Sementara itu, tausyiah yang diberikan Ustadz Syarif Hidayatullah (Team Leader) banyak menyirami kalbu-nurani kami, serta dari Muthawif Ustadz Hendri Gultom yang alumnus Ponpes Gontor (Jawa Timur) dan Universitas Al-Azhar Kairo (Mesir) itu banyak memberikan pengetahuan mengenai Sirah Nabawiyah.

Termasuk ketika kami berkesempatan ke Thaif (selain Makkah dan Madinah), runutan kisah yang disampaikan oleh Ustadz Hendri Gultom sangat memperkaya pemahaman kami ihwal awal dakwah Nabiyullah Muhammad SAW di Thaif (daerah di selatan Makkah) sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah yang berada nun jauh di utara Makkah.

Jika sebelumnya kami menarasikan sekilas Masjid Abdullah bin Abbas yang ada di Thaif, kali ini dengan merujuk kisah yang disampaikan oleh Ustadz Hendri Gultom kami coba menuliskan seputar Masjid Addas. Saat di Thaif, kami memang sempat pergi ke Pabrik Penyulingan (Parfum) Mawar, lalu ke Pasar Buah, lantas ke Makam dan Masjid Abdullah bin Abbas. Untuk Masjid Addas, kami hanya memandanginya dari kejauhan sambil melaju dengan bus yang kami tumpangi bersama rombongan. Namun, Ustadz Hendri Gultom menunjukkan kisaran lokasi Masjid Addas yang berada di Kebun Anggur.

Masjid Addas (foto: Muslimnet.com)

Ustadz Henri Gultom bertutur, Hazrat Addas adalah seorang pemuda asal Ninawa (Nineveh, kini sebuah Provinsi bagian dari Irak). Di Thaif, Addas adalah budak dari Utbah dan Syaibah bin Rabi'ah. Kala itu, Addas yang beragama Nasrani merupakan pemeluk Islam pertama di Thaif setelah perjumpaannya dengan Nabi Muhammad di Kebun Anggur milik sang majikan. Karenanya, pada masa-masa awal Islam, tahun 600-an Masehi, generasi baru Thaif yang sudah memeluk Islam membangun sebuah masjid yang dinamai Masjid Addas, untuk mengenang Addas yang bertemu Rasulullah di Kebun Anggur tadi.

Pada tahun-tahun awal syiar Islam, Nabi banyak menghadapi ujian berat. Setelah orang-orang kafir Quraisy memboikot Bani Hasyim (marga Nabi, salah satu marga penting dalam masyarakat Quraisy yang menjaga Kabah) selama beberapa tahun, paman (yang selama ini melindungi) Nabi, yaitu Abu Thalib, meninggal dunia (tahun 619 Masehi, dalam usia 84 tahun). Beberapa hari kemudian, dalam bulan Ramadhan tahun ke-10 Kenabian Rasulullah, isteri tercinta beliau, yaitu Khadijah, juga wafat (dalam usia 65 tahun). Sepeninggal Abu Thalib dan Khadidjah, Nabi pun semakin ditekan, dihina dan diancam oleh orang-orang kafir Quraisy yang bersikeras menolak Islam.

Hingga akhirnya Rasulullah coba pergi ke Thaif guna meminta bantuan orang-orang Tsaqif, dan mengajak mereka masuk Islam. Pilihan ke Thaif karena daerah yang berjarak sekitar 80 kilometer dari Makkah itu terbilang paling dekat, selain karena masyarakat Thaif juga masih memiliki hubungan darah dengan Ibunda Nabi, yaitu Aminah Az-Zuriyah binti Wahab. Beliau pergi ke Thaif yang merupakan dataran tinggi Hijaz berhawa sejuk yang merupakan pusat agrikultur seperti anggur dan madu itu dengan berjalan kaki, didampingi oleh anak angkat beliau, yakni Zaid bin Haritsah.

Setibanya di Thaif, Rasulullah menemui tiga orang bersaudara yang merupakan pemuka masyarakat Tsaqif. Mereka adalah Yala'il, Mas'ud, dan Habib. Ketiganya adalah putra dari Amir bin Umair Ats-Tsaqafi. Rasulullah mendatangi, berbicara dan mengenalkan kepada mereka perihal Islam (Allah). Namun, mereka menolaknya dengan sikap kasar. Tidak cukup sampai di situ, mereka pun menghasut penduduk Thaif untuk melempari Rasulullah dengan batu, dengan meneriakkan kata-kalimat: "Keluarlah engkau dari negeri kami."

Salah satu sisi Masjid Addas yang bernilai sejarah tinggi itu.

Selama 10 hari Nabi berada di Thaif. Di situ, beliau menjadi bulan-bulanan orang Thaif. Mereka mencaci-maki Nabi, dan melempari batu hingga tubuh Nabi bercucuran berdarah. Sementara itu, Zaid bin Haritsah yang berusaha menjadikan dirinya sebagai perisai untuk melindungi Nabi, sekujur tubuhnya pun bersimbahn darah. Akhirnya, Nabi dan Zaid terpaksa harus pergi dan berlindung di kebun milik Utbah dan Syaibah yang terletak sekitar tiga mil dari pusat kota Thaif. Nabi kemudian menghampiri sebuah pohon Anggur, lantas duduk di bawah naungannya.

Di kejauhan, rasa belas kasih Uthbah dan Syaibah tergerak. Mereka lalu memanggil sang budak, yaitu Addas, seraya berkata: "Ambillah setangkai Anggur ini dan berikan kepada orang itu (Nabi dan Zaid)," Ketika Addas mengulurkan segenggam Anggur di hadapan Nabi, beliau mengambilnya dengan menyebut Bismillah……," lalu memakannya. Sontak, Addas menanyakan apa gerangan kata-kalimat yang diucapkan Nabi yang terasa mendamaikan hatinya itu. Kalimat yang sama sekali tak biasa diucapkan oleh penduduk Thaif.

Nabi pun bertanya kepada Addas: "Kamu berasal dari negeri mana? Dan, apa agamamu?"
Addas menjawab: "Aku seorang Nasrani dari Ninawa."
Kemudian, Nabi berkata: "Dari negeri seorang pria shalih bernama Yunus bin Matta."
Addas pun bertanya: "Apa yang kamu ketahui tentang Yunus?"
Nabi menjawab: "Dia adalah saudaraku, sesama Nabi. Allah yang memberitahuku."
Lalu Nabi membacakan ayat Quran yang mengisahkan riwayat Nabi Yunus.
Seketika itu Addas sadar bahwa Muhammad adalah Utusan Allah.
Dia langsung merengkuh Nabi, kedua tangan dan kedua kaki Nabi diciuminya, serta memutuskan untuk mengikuti Nabi, memeluk agama Islam.

Setelah pertemuan itu, Nabi kembali ke Makkah dengan perasaan sedih, getir dan hati yang hancur. Tatkala sampai di suatu tempat bernama Qarnul Manazil (kini As-Sail), Allah mengutus Malaikat Jibril bersama Malaikat Penjaga Gunung untuk menunggu perintah Nabi menimpakan gunung kepada penduduk Thaif. Namun, Nabi tidak mau, dan Nabi justru mendoakan penduduk Thaif. Nabi berharap anak-cucu mereka kelak menyembah Allah. Dan, doa (harapan) Rasulullah itu dikabulkan Allah, di mana penduduk Thaif yang dulu sempat beramai-ramai menyambit Nabi dengan bebatuan, akhirnya anak-cucu mereka memeluk Islam.


Hingga sekarang, lokasi pertemuan Nabi dengan Addas itu masih utuh jejaknya. Berada di tengah Kebun Anggur yang lokasinya berimpitan dengan rumah-rumah penduduk. Masjid Addas yang kecil dan tempat shalatnya sempit, ditandai dengan menara yang lebih tinggi dari rata-rata rumah penduduk. Posisinya tidak jauh dari Wadi Matsna, tempat Nabi dilempari batu-batu oleh penduduk Bani Tsaqif kala itu. Masjid Addas, sebuah masjid yang menyuratkan jejak perjuangan Nabi kala membawa misi Islam di Jazirah Arab. Masjid Addas yang dibangun tahun 600-an Masehi itu pun masih terlihat seperti aslinya, dibuat dari susunan batu-batu. Di sekelilingnya juga masih dipertahankan kebun-kebun pertanian seperti Anggur, Delima, Mawar dan lainnya. *** (by YW).


Sudut dan suasana lain Kota Thaif kini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERUI – PAPUA: Masjid Agung Darussalam

MALUKU: Masjid Al-Fatah AMBON

THAIF-MAKKAH: Masjid Kuk, Jejak Mukjizat Rasulullah