Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Jawa Tengah: Masjid Agung Demak

Gambar
UNTUK KESEKIAN KALINYA  kami bertetirah ke Masjid Agung Demak yang berada di bagian utara alun-alun kota Demak. Kali ini kami sengaja singgah ke "Masjid Walisongo" itu pada akhir Juli 2020. Pada pagi sekitar pukul 07.00 WIB itu suasana teras depan masjid masih agak sepi pengunjung, ada sekitar 30-an orang. Kami pun bisa menyempatkan diri untuk menunaikan Shalat Dhuha dengan lebih khusyu'. Masjid Agung Demak  adalah sebuah masjid yang terletak di desa Kauman, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah.  Masjid yang berlokasi di pusat kota Demak itu merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan Glagahwangi Bintoro. Menurut cerita, Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan masjid itu hanya dalam semalam. Di bagian mihrab terdapat prasasti bergambar bulus. Gambar bulus tersebut diartikan sebagai petunjuk waktu dibangunnya masjid. Bulus terdiri dari kepala yang berarti angka 1, empat kaki berarti angka 4, badan bulus berarti angka 0, dan ekor bulus berarti angka 1. Bisa disimpul

CIREBON (JAWA BARAT): Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Gambar
BEBERAPA WAKTU LALU  kami bertetirah ke Kota Cirebon, Jawa Barat. Kami pun sengaja mampir untuk Shalat Dhuhur di Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang dibangun tahun 1480-an oleh Walisongo atas prakarsa Sunan Gunung Jati itu. Pembangunannya dipimpin oleh Sunan Kalijaga bersama 200 orang pembantunya (dari Kesultanan Demak). Boleh jadi karena itu, a rsitektur Masjid Agung Cirebon ini mirip Masjid Agung Demak (Jawa Tengah) . Letak Masjid Agung Sang Cipta Rasa berada di seberang depan Keraton Kasepuhan Cirebon. Persisnya  di Jalan Keraton Kasepuhan No.43, Lemahwungkuk, Pusat Kota Cirebon. Sebab itu, masyarakat pun kerap menyebutnya dengan nama Masjid Agung Kasepuhan .  Kala itu, Kota Cirebon merupakan salah satu “Kota Wali” dan pusat penyebaran agama Islam di Tanah Jawa. Masjid ini memiliki banyak keunikan. Dibangun tanpa menara, beratap limas dan tanpa hiasan di ujungnya. Bangunan utamanya dari bata dan berdinding merah, dengan perluasan teras di setiap sisinya. Atap di bagian

MADINAH: Kubah Hijau dan Kubah-Kubah Indah Bersejarah Masjid Nabawi

Gambar
SALAH SATU IKON MASJID NABAWI , selain ditandai oleh beberapa menara pencakar langit dengan tinggi masing-masing 105 meter dan payung-payung otomatis berukuran raksasa di halaman terbuka masjid, adalah juga Kubah Hijau ( Qubbah Al-Khadra ’). Tentulah kita, ummat Muslim, terutama bagi mereka yang sudah pernah menunaikan ibadah Haji dan/atau Umrah ke Tanah Suci, tidaklah asing dengan Kubah  Hijau yang dibangun di atas rumah makam Nabi Muhammad SAW, beserta pemimpin Islam  pertama dan kedua sepeninggal Nabi, yaitu Abu Bakar  dan  Umar bin Khattab . Kubah Hijau itu berada di sudut tenggara  Masjid Nabawi  ( Masjid  Rasulullah) di  Madinah . Akhir Desember 2019, ketika kami berada di Masjid Nabawi, dalam hati pun bergumam: Mengapa warna hijau? Siapa yang membangunnya? Muasal Kubah Hijau itu sendiri baru ada pada abad ke-7 Hijriyah. Kali pertama yang membangunnya adalah Sultan Manshur Qalawun Ash-Shalihi dari Dinasti Mamluk dengan pusat kekuasaaannya di Mesir. Mulanya, kub

THAIF-MAKKAH: Masjid Kuk, Jejak Mukjizat Rasulullah

Gambar
SETELAH  sebelumnya kami laporkan ihwal Masjid Abdullah bin Abbas dan Masjid Addas, satu lagi di Thaif adalah Masjid Kuk ( Kuw ’  = Sikut). Namanya memang tidak popular dan tidak banyak terekspos di kalangan jamaah Haji ataupun Umrah asal Indonesia, walaupun Masjid Kuk sejatinya merupakan salah satu jejak dan saksi sejarah dakwah di masa-masa awal Kenabian Muhammad SAW. “ Itu Masjid Kuk, ” kata Ustadz Hendri Gultom, Muthawif  kami, sambil menelunjukkan jari telunjuk tangannya ketika bus yang kami tumpangi melintas menuju ke Masjid Abdullah bin Abbas. Lokasi Masjid Kuk berada di pinggir sebuah jalan di dalam Kota Thaif. Keberadaan Masjid Kuk hanyalah penanda berupa bangunan kecil berbatu bata.   Sangat sederhana. Di dalamnya hanya ada ruangan kecil yang bisa digunakan untuk shalat beberapa orang. Berada di kaki sebuah bukit yang dipercayai sebagai tempat Nabi Muhammad beristirahat saat melakukan syiar Islam ke Thaif, yang disambut dengan pengusiran dan lemparan batu oleh pen

THAIF-MAKKAH: Masjid Addas, Lembar Penting Perjuangan Syiar Rasulullah

Gambar
Salah satu sudut Kota Thaif kini  (foto: google.com) AMALAN UMRAH  yang kami tunaikan bersama keluarga di akhir Desember 2019 lalu, sungguh memberikan banyak pembelajaran. Bersama 40-an orang jamaah (rombongan Umrah), kami belajar tentang kebersamaan dan persaudaraan sesama Muslim. Sementara itu, tausyiah yang diberikan Ustadz Syarif Hidayatullah ( Team Leader ) banyak menyirami kalbu-nurani kami, serta dari Muthawif  Ustadz Hendri Gultom yang alumnus Ponpes Gontor (Jawa Timur) dan Universitas Al-Azhar Kairo (Mesir) itu banyak memberikan pengetahuan mengenai Sirah Nabawiyah. Termasuk ketika kami berkesempatan ke Thaif (selain Makkah dan Madinah), runutan kisah yang disampaikan oleh Ustadz Hendri Gultom sangat memperkaya pemahaman kami ihwal awal dakwah Nabiyullah Muhammad SAW di Thaif (daerah di selatan Makkah) sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah yang berada nun jauh di utara Makkah. Jika sebelumnya kami menarasikan sekilas Masjid Abdullah bin Abbas yang ada di Tha

THAIF-MAKKAH: Masjid Abdullah bin Abbas

Gambar
Map by google.com KOTA THAIF  berada di selatan Kota Makkah, berjarak sekitar 80 Km. Merupakan daerah paling subur di Jazirah Arab, Saudi Arabia. Karenanya, sedari dulu Thaif menjadi tujuan berkunjung orang-orang Arab, termasuk para pembesar dan orang-orang kaya Makkah dan sekitarnya, untuk menikmati kondisi alamnya yang sejuk. Pada awal periode syiar Islam Rasulullah Muhammad SAW di Makkah, terlebih dulu beliau (ditemani Zaid bin Haritsah, anak angkat beliau) berdakwah ke Thaif, sebelum ke Madinah. Selain merupakan wilayah  terdekat Makkah, seperti halnya penduduk Makkah, kala itu penduduk Thaif juga menyembah berhala. Namun, di Thaif pula Rasulullah mengalami penganiayaan yang berat hingga kemudian Allah menolong dan menyelamatkannya ke sebuah tempat yang aman. Kelak di kemudian hari, pada tahun 8 Hijriyah (630 Masehi), dengan ditemani oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Nabi Muhammad kembali datang ke Thaif mengajak Bani Tsaqif untuk memeluk Islam, s